Fita dan Zi.Care: Apa yang Mereka Perjuangkan dalam Dunia Health Tech Indonesia
Beberapa bulan lalu, dunia media sosial sempat hangat membahas mengenai kebiasan orang Indonesia lebih memilih untuk berobat ke negara tetangga dibandingkan di Indonesia. Seperti biasa, warga internet pun terbagi menjadi tiga golongan besar di mana ada yang membenarkan, ada yang mengkritik, dan ada yang netral terhadap masalah ini.
Namun, bila kita analisis lebih jauh, pertanyaan ini menjadi sebuah alert atau tanda tanya besar. Mengapa banyak warga Indonesia yang mampu untuk berobat ke negara tetangga memilih berobat ke sana ketimbang di Indonesia? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hal ini terjadi?
Topik inilah yang menjadi sebuah latar belakang bagi podcast Endgame untuk datang ke Kantor Smart Office Telkomsel di Jakarta beberapa waktu lalu. Gita Wirjawan sebagai host podcast mengundang VP of Business Development & Innovation at Telkomsel Jockie Heruseon, Founder & CEO of Fita Reynazran Royono, dan Founder & CEO of Zi.Care Jessy Abdurrahman untuk membahas seputar health tech di Indonesia. Mulai dari data privasi medis, transparansi dalam industri kesehatan, hingga kerangka mitigasi non-communicable disease (NDCs).
Ini yang Diperjuangkan oleh Fita dan Zi.Care
Fita dan Zi.Care merupakan sebuah start-up yang bergerak di bidang health tech, bagaimana mendigitalisasikan industri kesehatan. Namun, mereka berdua memiliki ranah yang berbeda.
Fita bergerak pada fase preventive atau pencegahan dengan visi untuk meningkatkan gaya hidup sehat di Indonesia yang masih begitu minim. Jumlah persentase masyarakat Indonesia yang sadar akan pola hidup sehat sebesar 25%. Fenomena yang terjadi di Indonesia, yaitu kebanyakan orang lebih sering menggunakan platform-platform kesehatan yang bersifat telemedicine, di mana orang tersebut telah sakit dulu baru sadar akan pentingnya kesehatan.
Selain itu, baik Zi.Care dan Fita percaya bahwa kesehatan merupakan hajat dari pemerintah dan sektor swasta, seperti mereka, hanya dapat membantu. Zi.Care sendiri menempatkan diri sebagai “intel” dari sektor kesehatan Indonesia dan bergerak di fase kuratif untuk menyukseskan digitalisasi dari pihak industri kesehatan. Namun, tidak dipungkiri saat kita mengupayakan sebuah transformasi digital akan ada banyak tantangan, salah satunya adalah resistensi dari internal itu sendiri terhadap digitalisasi.
Digitalisasi = Data Tidak Aman?
Pertanyaan yang sering timbul saat melakukan digitalisasi adalah, “Apakah ada kepastian terhadap keamanan data?” Hal ini juga yang kerap ditanyakan kepada Zi.Care oleh pihak manajemen pelayanan kesehatan. Jessy Abdurrahman mengatakan bahwa kepemilikan data rekam medis merupakan hak pasien, yang mana ini telah diatur oleh regulasi pemerintah. Meskipun hal ini telah diatur oleh pemerintah, sayangnya di Indonesia masih belum ada transparansi data medis yang baik dibandingkan negara-negara tetangga.
Peran Telkomsel di Dalamnya
Telkomsel merupakan perusahaan telekomunikasi Indonesia yang sekarang sedang bermain ke ranah digital dan memiliki komitmen untuk dapat menjadi digital ecosystem enabler. Dalam praktiknya, Telkomsel membutuhkan entitas lain, yang memiliki satu visi, untuk dapat mewujudkan komitmen ini. Hadirnya Fita dan Zi.Care menjadi salah satu contoh perpanjangan tangan Telkomsel untuk mendukung pemerintah di bidang kesehatan serta langkah nyata dalam menghidupi komitmen tersebut. Melalui infrastruktur yang dimilikinya, Telkomsel siap mendukung perubahan pada sektor kesehatan di Indonesia.
Tidak berhenti pada pembahasan ini saja, dalam siniar Endgame juga membahas pro dan kontra hadirnya AI bagi dunia kesehatan, pentingnya demokratisasi data dan sudah sejauh apa kesehatan Indonesia dalam melaksanakan, hingga membicarakan terkait pendanaan yang diterima oleh kedua start-up ini.
Penasaran dengan hal ini? Langsung saja tonton podcast Endgame episode ke 138 secara lengkap dengan cara klik di sini.